Universitas Gadjah Mada PUI-PT Rekayasa dan Produksi Protein-Peptida Terapan
PUSAT STUDI BIOTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA
  • BERANDA
  • TENTANG KAMI
    • Profil Singkat
    • Tujuan
    • Struktur Organisasi
  • KEGIATAN
    • WORKSHOP
    • KULIAH UMUM
  • PENELITIAN
    • Kelompok Riset
    • Indonesian Journal of Biotechnology
    • ARTIKEL
  • LAYANAN
    • Sewa Laboratorium
    • Jasa Analisis
    • Order Primer
  • PUSDI BIOTEKNOLOGI
  • Home
  • Artikel

Menjaga Stabilitas Antibodi Monoklonal di Setting Klinik: Peran Eksipien Farmasi

  • Artikel
  • 2 April 2025, 04.04
  • By : biotech

Antibodi monoklonal (monoclonal antibodies atau mAbs) kini menjadi salah satu senjata andalan dalam dunia pengobatan modern, terutama dalam menghadapi penyakit-penyakit kompleks seperti kanker, penyakit autoimun, dan infeksi berat. Dengan kemampuan mengenali sasaran secara spesifik, mAbs menjanjikan terapi yang lebih tepat sasaran dan efek samping yang minimal.

Namun, di balik keunggulannya, ada tantangan besar yang kerap dihadapi: antibodi ini mengalami agregasi. Agregasi antibodi monoklonal ini bisa membuat terapi menjadi kurang efektif, dan lebih buruk lagi, bisa memicu reaksi imun yang tidak diinginkan dari tubuh pasien.

Selama ini, perhatian para peneliti dan industri farmasi banyak terfokus pada bagaimana mAbs diformulasikan saat diproduksi. Namun, ada satu fase penting yang sering luput dari perhatian: pada tahap pemberian obat ke tubuh pasien, misalnya saat infus, injeksi, atau inhalasi. Di saat inilah antibodi bisa mengalami stress fisik dan kimia yang memicu agregasi protein.

Dr Marlyn Laksitorini, Deta Almira dan tim dari Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada mencoba mengulas tantangan ini dengan pendekatan berbeda—yakni melihat bagaimana bahan tambahan farmasi (disebut juga farmasiutikal eksipien) dapat membantu menjaga kestabilan antibodi selama proses pemberian obat kepada pasien.

Peneliti melakukan telaah pustaka dari berbagai jurnal ilmiah seperti Scopus, PubMed, dan ScienceDirect, dan menyeleksi enam studi eksperimental yang secara khusus meneliti peran eksipien terhadap stabilitas antibodi. Hasilnya cukup menjanjikan: sejumlah bahan tambahan seperti L-arginin, polisorbat, turunan trehalosa, analog prolin, dan siklodekstrin terbukti mampu membantu mencegah agregasi protein.

Eksipien ini membantu dengan beberapa cara: mengurangi stres di antar-muka, menghambat interaksi antarmolekul antibodi, dan menjaga struktur antibodi tetap stabil meski berada dalam kondisi stress seperti saat disemprotkan atau diberikan tekanan (shearing stress) dalam proses deliverynya ke tubuh melalui infus.

Ulasan ini memberikan perspektif baru yang sangat praktis: stabilitas obat tidak hanya bergantung pada formulasi di pabrik, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi saat diberikan ke pasien. Industri farmasi, peneliti dan tenaga kesehatan di rumah sakit perlu bekerjasama dalam menjaga agar obat antibodi monoklonal dapat sampai ke tubuh dalam keadaan stabil, tidak terjadi perubahan konformasi maupun agregasi protein. Dengan memahami hal ini, para pengembang obat dapat menciptakan terapi mAbs yang lebih aman, efektif, dan tahan terhadap berbagai tekanan fisik selama proses administrasi.

Untuk bahasan lebih lanjut dapat diperoleh pada: https://jurnal.ugm.ac.id/v3/JFPS/issue/view/797

***

Oleh: Marlyn Dian Laksitorini

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Related Posts

Benarkah Selang Infus Bisa Mempengaruhi Stabilitas Obat? Studi Ini Berusaha Menjawabnya

Artikel Friday, 27 June 2025

Human Serum Albumin (HSA) adalah salah satu protein terapeutik yang sering digunakan dalam pengobatan, khususnya melalui infus. Protein ini memiliki banyak fungsi penting, termasuk menjaga tekanan darah dan membawa berbagai zat dalam tubuh.

Hilirisasi Energi Terbarukan dari Limbah Bioetanol: Peran Strategis Divisi Bioproses dalam Pengembangan Bioreaktor dan Teknologi Anaerobik

Artikel Monday, 23 June 2025

Sebagai bagian dari langkah strategis menuju hilirisasi riset hayati, Pusat Studi Bioteknologi Universitas Gadjah Mada resmi membentuk Divisi Bioproses. Divisi ini menjadi rumah bagi riset-riset lanjutan yang mengintegrasikan teknologi bioreaktor, optimasi proses fermentasi, dan rekayasa […].

Menyelami Potensi Terapi dari Teripang dan Bulu Babi: Peptida Laut Buka Peluang Baru Dunia Kesehatan

Artikel Sunday, 22 June 2025

Laut menyimpan potensi biologis yang luar biasa, termasuk dari organisme unik seperti teripang (sea cucumbers) dan bulu babi (sea urchins). Penelitian terbaru dari Pusat Studi Bioteknologi Universitas Gadjah Mada mengungkap bagaimana peptida yang dihasilkan dari […].

Menelusuri Racun Ular: Tim Peneliti UGM Ungkap Dampak Hemotoksik dan Miotoksik Dua Spesies Ular Berbisa Indonesia

Artikel Sunday, 22 June 2025

Tim peneliti dari Pusat Studi Bioteknologi Universitas Gadjah Mada berhasil mengungkap perbedaan karakteristik racun dari dua spesies ular berbisa asli Indonesia: Calloselasma rhodostoma (ular tanah) dan Trimeresurus insularis (ular hijau ekor merah).

Recent Posts

  • Benarkah Selang Infus Bisa Mempengaruhi Stabilitas Obat? Studi Ini Berusaha Menjawabnya
  • Hilirisasi Energi Terbarukan dari Limbah Bioetanol: Peran Strategis Divisi Bioproses dalam Pengembangan Bioreaktor dan Teknologi Anaerobik
  • Menyelami Potensi Terapi dari Teripang dan Bulu Babi: Peptida Laut Buka Peluang Baru Dunia Kesehatan
  • Menelusuri Racun Ular: Tim Peneliti UGM Ungkap Dampak Hemotoksik dan Miotoksik Dua Spesies Ular Berbisa Indonesia
  • Menjaga Stabilitas Antibodi Monoklonal di Setting Klinik: Peran Eksipien Farmasi

Recent Comments

No comments to show.
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Bioteknologi
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
Alamat : Gedung PAU Jl. Teknika Utara, Barek, Sleman 55281
Telepon : (0274) 6492284
E-mail : biotech@ugm.ac.id
Website : biotech.ugm.ac.id

© Universitas Gajah Mada