Universitas Gadjah Mada PUI-PT Rekayasa dan Produksi Protein-Peptida Terapan
PUSAT STUDI BIOTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA
  • BERANDA
  • TENTANG KAMI
    • Profil Singkat
    • Tujuan
    • Struktur Organisasi
  • KEGIATAN
    • WORKSHOP
    • KULIAH UMUM
  • PENELITIAN
    • Kelompok Riset
    • Indonesian Journal of Biotechnology
    • ARTIKEL
  • LAYANAN
    • Sewa Laboratorium
    • Jasa Analisis
    • Order Primer
  • PUSDI BIOTEKNOLOGI
  • Home
  • Artikel

Menelusuri Racun Ular: Tim Peneliti UGM Ungkap Dampak Hemotoksik dan Miotoksik Dua Spesies Ular Berbisa Indonesia

  • Artikel
  • 22 June 2025, 02.25
  • By : biotech

Tim peneliti dari Pusat Studi Bioteknologi Universitas Gadjah Mada berhasil mengungkap perbedaan karakteristik racun dari dua spesies ular berbisa asli Indonesia: Calloselasma rhodostoma (ular tanah) dan Trimeresurus insularis (ular hijau ekor merah). Studi ini menyoroti bagaimana kedua racun tersebut memengaruhi darah, jaringan otot, dan sistem imun pada model hewan laboratorium. Dalam studi ini, peneliti melakukan uji in vivo menggunakan tikus untuk membandingkan efek hemotoksik (kerusakan darah dan pembuluh), miotoksik (kerusakan otot), dan respons peradangan yang diinduksi oleh kedua jenis bisa. Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun keduanya tergolong sebagai ular berbisa, mereka memunculkan pola toksisitas yang berbeda secara signifikan.

Apa yang ditemukan?

Penelitian ini mengungkap perbedaan karakteristik toksisitas antara dua spesies ular berbisa yang umum ditemukan di Indonesia. Racun Calloselasma rhodostoma (ular tanah) menunjukkan efek hemoragik dan proinflamasi yang lebih dominan, ditandai dengan kerusakan pada pembuluh darah serta peningkatan jumlah sel imun dalam sirkulasi darah. Sementara itu, racun Trimeresurus insularis (ular hijau ekor merah) lebih menonjol dalam menyebabkan kerusakan otot atau miotoksisitas, termasuk nekrosis pada otot rangka dan perubahan struktural pada jaringan target. Temuan ini diperkuat dengan analisis biomarker darah dan histopatologi jaringan, yang menunjukkan pola kerusakan yang khas untuk masing-masing jenis bisa. Dengan demikian, studi ini memberikan gambaran komprehensif mengenai jalur dan mekanisme toksisitas yang berbeda dari kedua spesies ular tersebut.

Mengapa ini penting?

Ular berbisa masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat di banyak wilayah Indonesia. Dengan memahami mekanisme racun secara mendalam, penelitian ini membuka jalan bagi pengembangan antivenom spesifik yang lebih efektif, serta memberi dasar ilmiah bagi terapi tambahan untuk mencegah kerusakan organ permanen akibat gigitan ular. Studi ini merupakan bagian dari agenda besar Pusat Studi Bioteknologi UGM dalam menjelajahi potensi terapeutik dan biologis dari bisa ular, termasuk eksplorasi protein dan peptida bioaktif yang dapat dikembangkan sebagai obat masa depan. Temuan ini juga memperkuat inisiatif nasional dalam pengembangan antivenom monovalen berbasis karakteristik racun ular lokal, yang menjadi kebutuhan mendesak dalam sistem kesehatan Indonesia mengingat tingginya variasi geografis dan spesies ular berbisa di tiap wilayah.

Tentang penelitian ini

Penelitian berjudul “Comparative analysis of hemotoxic, myotoxic, and inflammatory profiles of Calloselasma rhodostoma and Trimeresurus insularis venoms in mice” telah dipublikasikan pada tahun 2025 di jurnal NarraJ.

Ingin tahu lebih banyak?

Silakan kunjungi artikel lengkapnya di tautan berikut: https://doi.org/10.52225/narraj.v5i2.1874

***

Oleh: Fajar Sofyantoro

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Related Posts

Benarkah Selang Infus Bisa Mempengaruhi Stabilitas Obat? Studi Ini Berusaha Menjawabnya

Artikel Friday, 27 June 2025

Human Serum Albumin (HSA) adalah salah satu protein terapeutik yang sering digunakan dalam pengobatan, khususnya melalui infus. Protein ini memiliki banyak fungsi penting, termasuk menjaga tekanan darah dan membawa berbagai zat dalam tubuh.

Hilirisasi Energi Terbarukan dari Limbah Bioetanol: Peran Strategis Divisi Bioproses dalam Pengembangan Bioreaktor dan Teknologi Anaerobik

Artikel Monday, 23 June 2025

Sebagai bagian dari langkah strategis menuju hilirisasi riset hayati, Pusat Studi Bioteknologi Universitas Gadjah Mada resmi membentuk Divisi Bioproses. Divisi ini menjadi rumah bagi riset-riset lanjutan yang mengintegrasikan teknologi bioreaktor, optimasi proses fermentasi, dan rekayasa […].

Menyelami Potensi Terapi dari Teripang dan Bulu Babi: Peptida Laut Buka Peluang Baru Dunia Kesehatan

Artikel Sunday, 22 June 2025

Laut menyimpan potensi biologis yang luar biasa, termasuk dari organisme unik seperti teripang (sea cucumbers) dan bulu babi (sea urchins). Penelitian terbaru dari Pusat Studi Bioteknologi Universitas Gadjah Mada mengungkap bagaimana peptida yang dihasilkan dari […].

Menjaga Stabilitas Antibodi Monoklonal di Setting Klinik: Peran Eksipien Farmasi

Artikel Wednesday, 2 April 2025

Antibodi monoklonal (monoclonal antibodies atau mAbs) kini menjadi salah satu senjata andalan dalam dunia pengobatan modern, terutama dalam menghadapi penyakit-penyakit kompleks seperti kanker, penyakit autoimun, dan infeksi berat.

Recent Posts

  • Benarkah Selang Infus Bisa Mempengaruhi Stabilitas Obat? Studi Ini Berusaha Menjawabnya
  • Hilirisasi Energi Terbarukan dari Limbah Bioetanol: Peran Strategis Divisi Bioproses dalam Pengembangan Bioreaktor dan Teknologi Anaerobik
  • Menyelami Potensi Terapi dari Teripang dan Bulu Babi: Peptida Laut Buka Peluang Baru Dunia Kesehatan
  • Menelusuri Racun Ular: Tim Peneliti UGM Ungkap Dampak Hemotoksik dan Miotoksik Dua Spesies Ular Berbisa Indonesia
  • Menjaga Stabilitas Antibodi Monoklonal di Setting Klinik: Peran Eksipien Farmasi

Recent Comments

No comments to show.
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Bioteknologi
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
Alamat : Gedung PAU Jl. Teknika Utara, Barek, Sleman 55281
Telepon : (0274) 6492284
E-mail : biotech@ugm.ac.id
Website : biotech.ugm.ac.id

© Universitas Gajah Mada